Minggu, 18 September 2011

ani perawan

Aku seorang mahasiswa berumur 21 tahun. Pada
saat liburan semester aku pulang ke kampungku di
Garut. Untuk mengatasi kejenuhan, aku jalan-jalan
di kota tersebut. Dan masuk ke sebuah pusat
belanja di kota kecil itu. Secara tak sengaja aku
memandangi seorang gadis yang bisa dikatakan cantik. Wajahnya memancarkan kecantikan alami
yang jarang ditemui pada seorang gadis kota. Singkat cerita kami berkenalan. Namanya Ani,
berumur 16 tahun. Duh, senang sekali aku bisa
kenalan dengan gadis seperti dia. Bulan demi bulan
telah berlalu, kamipun semakin akrab dan sering
berhubungan lewat telepon. Singkat kata, kamipun
sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Pada liburan semester selanjutnya, kami berjanji
bertemu di rumahnya. Rumahnya sih sederhana,
maklum bapaknya hanya pedagang kecil, tapi
bukan itu yang aku lihat. Malam itu kami berdua
menonton layar tancap, hal yang sebenarnya
cukup simple tapi yah namanya juga lagi kasmaran. Kami pulang jam sembilan malam atas keinginan
Ani. Ternyata sampai di rumah pacarku, kami hanya
menerima titipan kunci rumah. Keluarganya sedang
pergi menegok teman ayah pacarku yang sedang
sakit keras. Malam itu dingin sekali, Ani permisi untuk ganti
pakaian. Saat kulihat Ani dengan pakaiannya yang
sederhana itu aku terpaku, betapa cantik dan
anggunnya dia walaupun hanya memakai pakaian
biasa. Aneh, ada seuatu yang aneh yang menjalar
ke perasaanku. “Lho, ada apa Kang?”, tanya Ani.
“Ah, nggak ada apa-apa!”, jawabku.
“Kok melihat Ani terus?”, tanyanya lagi.
“Ngak kok!”, jawabku.
“Kamu cantik, An”.
“Ah Akang!”, katanya lagi dengan tersipu. Lama kami berpandangan, dan aku mulai mendekati
dirinya. Aku pegang tangannya, lalu kuraba,
betapa lembut tangannya. Kami saling
berpegangan, meraba dan membelai. Perlahan
kubuka pakaiannya satu persatu, kulihat ia dalam
keadaan setengah telanjang. Kupandangi dadanya di balik BH putihnya, kupandangi seluruh
tubuhnya, kulitnya yang sawo matang.
“Kang, bener Akang cinta ama saya?”, tanyanya
lagi.
“Bener, Akang cinta ama kamu!”, jawabku
sambil membuka BH dan Celana dalam warna putihnya. Kini ia polos tanpa satu benangpun menutupi
tubuhnya. Kubaringkan ia di tempat tidur, lalu
kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ani bergetar
hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini
melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Lalu kubuka selangkangannya dan kumasukkan
penisku dengan extra hati-hati. Ani mengerang
dengan pasrah, lalu kusuruh ia untuk menggigit
bantal agar suaranya tidak kedengaran oleh
tetangga. Kugerakkan penisku, maju mundur. Mata
Ani merem melek keenakan. Nafasku mulai memburu, dan Ani mulai tidak bisa mengontrol
dirinya, dia memegang bantal dengan eratnya,
gerakanku semakin cepat, aku ingin sekali
menembus pertahanannya yang rapat itu.
Kupegangi payudaranya, kujilat, kukulum, dan
kurasakan penisku mulai menegang dan, “Cret…, cret…, cret”. Spermaku keluar dengan deras, Ani
memelukku dengan erat dan kamipun terbaring
kelelahan. Dalam hati aku bertekad untuk menikahi
gadis itu, karena aku sangat mencintainya.

Tidak ada komentar: